Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota sejarah yang ada di provinsi Sumatera Barat yang penuh dengan eksotisme wisata. Kota Bukittinggi dikelilingi oleh tiga Gunung yakni Gunung Merapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Sago maka dari itu Bukittinggi disebut juga Kota Tri Arga. Letak geografis Bukittinggi yang berbukit yakni 900 mdpl (dari permukaan laut) yang menjadikan udara di Bukittinggi sejuk dan dingin. Akses untuk ke kota Bukittinggi dapat ditempuh dari berbagai kota di Sumatra Barat, jika menggunakan jalur darat wisatawan dapat menggunakan jalan lintas Sumatera yang membentang dari Propinsi Lampung hingga Nangroe Aceh Darussalam. Sedang baguwisatawan yang menggunakan jalur udara dapat menggunakan titik pemberhentian di Kota Padang yakni Bandara Internasional Minangkabau (BIM) untuk selanjutnya menempuh jalur Darat lebih kurang 3 jam perjalanan.
Wisatawan yang akan ke Bukittinggi akan mendapatkan pengalaman yang sangat berkesan karena banyak sekali tempat-tempat wisata, beberapa diantaranya:
- Jam Gadang, dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota). Jam Gadang hanya berwujud bulat dengan diameter 80 sentimeter, di topang basement dasar seukuran 13 x 4 meter, ibarat sebuah tugu atau monumen. Angka empat pada angka Romawi biasanya tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII. Dari menara Jam Gadang, para wisatawan bisa melihat panorama kota Bukittinggi yang terdiri dari bukit, lembah dan bangunan berjejer di tengah kota yang sayang untuk dilewatkan.
- Lobang Jepang, sebenarnya lebih tepat disebut terowongan (bunker) Jepang. Dibangun tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan tentara Jepang dalam PD II dan perang Asia Timur Raya (Dai Tora Senso) atas perintah pemerintah militer Angkatan Darat Jepang (Tentara Kedua Puluh Lima) untuk Sumatera berkedudukan di Bukittinggi dengan Komandan Tentara Pertahanan Sumatera Jend. Watanabe. Lubang Jepang memiliki panjang sekitar 1470 m dan lebar ± 2 m. Lobang Jepang panorama yang berada di Jalan Panorama, Kelurahan Bukit Cangang kayu Ramang, kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Di dalam terowongan yang garis tengah dan tingginya 2 m terbagi menjadi 20 kamar yang terdiri dari kamar tidur, ruang persembunyian, ruang perawatan, ruang dapur, ruang penjara dan gudang amunisi. Ruangannya sengaja dibuat berliku-liku dengan sejumlah ruangan jebakan.
Foto: Salah Lorong Lobang Jepang di Bukittinggi
- Ngarai SianokNgarai Sianok adalah lembah yang curam atau jurang. Di bawahnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing. Latar dari Ngarai Sianok adalah Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Jurang di sana dalamnya sekitar 100 meter dan membentang sepanjang 15 Km dengan lebar sekitar 200 meter. Pemandangan sangat indah terhampar bak lukisan alam.
Foto: Ngarai Sianok - Benteng Fort de Kock, dibangun di atas Bukit Jirek dan awalnya diberi nama Sterrenschans. Kemudian namanya berubah menjadi Fort de Kock, oleh Hendrik Merkus de Kock, yang merupakan salah satu tokoh militer Belanda. Beberapa tahun kemudian, kota di sekitar benteng ini berkembang menjadi sebuah kota yang juga diberi nama Fort de Kock, yang lalu bernama Bukittinggi. Kini, kawasan Benteng Fort de Kock menjadi Taman Kota Bukittinggi (Bukittinggi City Park) dan Taman Burung Tropis (Tropical Bird Park).
Foto: Benteng Fort de Kock
- Istana Bung Hatta, saat Mohammad Hatta menjabat sebagai wakil presiden, bangunan ini menjadi istana wakil presiden. Istana ini sangat sederhanayang memiliki pelataran cukup luas dengan dua bangunan utama.Bangunan pertama berupa rumah gadang besar khas rakyat Minang. Bangunan yang lain berbentuk rumah memanjang. Di depan pintu halamannya diberikan atap. Bisa dibilang bangunan ini bisa disebut sebagai istana mini. Di depan dan di samping kompleks ada patung Bung Hatta. Di bagian depan patung Bung Hatta hanya dibuat separuh badan. Sedangkan di bagian samping kompleks patung Bung Hatta dibuat secara utuh dengan tinggi lebih dari 2 meter.